Sepak bola China kembali diguncang oleh skandal korupsi yang melibatkan salah satu mantan pemain terkenalnya, Li Tie. Li Tie, yang pernah membela Everton di Liga Inggris, divonis penjara seumur hidup oleh pengadilan China karena terbukti menerima dan memberikan suap, serta mengatur skor pertandingan.

Li Tie mengaku telah membayar suap sebesar 3 juta yuan atau sekitar Rp 6,5 miliar agar bisa menjadi pelatih timnas China pada tahun 2019. Ia juga mengakui perannya dalam memengaruhi wasit, pemain, dan pelatih lawan agar timnya mendapatkan promosi ke divisi teratas Liga China, Chinese Super League (CSL).

Pengakuan Li Tie disiarkan oleh saluran televisi pemerintah China, CCTV, pada bulan lalu. Dalam wawancara tersebut, Li Tie mengungkapkan penyesalannya atas perbuatannya yang merusak citra sepak bola China.

"Saya sangat menyesal," kata Li Tie. "Saya seharusnya tetap menjaga kepala saya tetap di tanah dan mengikuti jalan yang benar. Ada beberapa hal yang pada saat itu merupakan praktik umum dalam sepak bola."

"Dengan meraih kesuksesan melalui cara yang tidak benar seperti itu, hal tersebut justru membuat saya semakin tidak sabar dan menginginkan hasil yang cepat."

"Untuk mencapai performa yang baik, saya terpaksa memengaruhi wasit, menyuap pemain dan pelatih lawan, terkadang melalui klub yang berurusan dengan klub lain," tutur Li Tie.

Li Tie, yang kini berusia 46 tahun, mengawali karier sepak bolanya di klub Liaoning. Ia kemudian pindah ke Everton dengan status pinjaman pada tahun 2002, dan dipermanenkan pada tahun berikutnya dengan biaya transfer sebesar 1,2 juta paun atau sekitar Rp 26 miliar.

Di Everton, Li Tie tampil sebanyak 29 kali di Liga Inggris dan menjadi salah satu pemain asing pertama yang bermain di klub tersebut. Ia juga merupakan pemain penting bagi timnas China yang lolos ke Piala Dunia 2002.

Namun, karier Li Tie terhambat oleh serangkaian cedera yang membuatnya jarang bermain. Ia dilepas oleh Everton pada tahun 2006, dan sempat membela Sheffield United sebelum kembali ke China pada tahun 2008.

Setelah pensiun sebagai pemain pada tahun 2011, Li Tie beralih menjadi pelatih. Ia pernah menjadi asisten pelatih Marcelo Lippi di Guangzhou Evergrande, dan menjadi pelatih kepala Hebei China Fortune dan Wuhan Zall.

Dengan Wuhan Zall, Li Tie berhasil membawa tim tersebut promosi ke CSL pada tahun 2018. Ia juga sempat menjadi pelatih timnas China pada tahun 2019, menggantikan Lippi yang mengundurkan diri.

Namun, kini Li Tie harus menerima akibat dari perbuatannya yang melanggar hukum dan etika sepak bola. Pada Jumat (23/2/2024), laporan di China menyebutkan bahwa Li Tie telah dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

Sementara itu, mantan presiden Asosiasi Sepak Bola China (CFA), Chen Xuyuan, divonis hukuman 15 tahun penjara karena kasus yang sama. Chen diduga terlibat dalam pemberian suap kepada Li Tie dan beberapa pejabat sepak bola lainnya.

Skandal korupsi ini menambah panjang daftar kasus serupa yang pernah terjadi di sepak bola China. Sebelumnya, beberapa pemain, pelatih, wasit, dan pejabat sepak bola China juga pernah dihukum karena terlibat dalam pengaturan skor, penyuapan, dan perjudian.

Sepak bola China memang berusaha untuk membersihkan diri dari praktik-praktik tidak sehat tersebut, dan meningkatkan kualitas dan prestasinya. Namun, tampaknya masih banyak tantangan dan hambatan yang harus dihadapi oleh negara yang berpenduduk terbanyak di dunia ini.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini