Sebagai figur publik, pelatih sepak bola tidak terlepas dari kewajiban menghadapi media dan menjawab pertanyaan para jurnalis. Namun, tidak semua pelatih merasa nyaman dengan rutinitas tersebut. Salah satu yang mengaku keberatan adalah mantan pelatih Barcelona dan AS Roma, Luis Enrique.

Dalam sebuah dokumenter, Enrique mengutarakan kesediaannya untuk merelakan 25% bahkan 50% gajinya demi tidak perlu berurusan dengan media. Hal ini menunjukkan bahwa bagi Enrique, wawancara media merupakan beban mental yang cukup besar.

Enrique menjelaskan bahwa ia tidak memiliki masalah dengan media atau jurnalis. Namun, jumpa pers pasca pertandingan sering kali menguras energinya. Ia merasa terbebani oleh tuntutan untuk selalu memberikan jawaban yang sempurna dan menjaga citra klub.

Sikap Enrique ini berbeda dengan sebagian besar pelatih sepak bola profesional yang menyadari bahwa wawancara media merupakan bagian dari pekerjaan mereka. Melalui media, mereka dapat menyampaikan pesan kepada penggemar dan memberi informasi tentang tim. Selain itu, wawancara juga dapat meningkatkan popularitas dan nilai komersial seorang pelatih.

Meskipun merasa terbebani, Enrique tetap dikenal sebagai sosok yang kuat dan blak-blakan. Keterbukaannya membuat ia populer di kalangan pemain, staf, dan suporter. Namun, karakternya yang kuat juga kerap membuatnya berkonfrontasi dengan media.

Pernyataan Enrique menyoroti dilema yang dihadapi para pelatih sepak bola dalam berhadapan dengan media. Di satu sisi, wawancara media penting untuk membangun koneksi dengan penggemar dan menyampaikan informasi. Di sisi lain, bagi sebagian pelatih, hal tersebut dapat menjadi beban mental yang cukup besar.

Artikel ini mengingatkan bahwa kenyamanan atau beban yang dirasakan pelatih dalam menghadapi media bersifat subjektif. Setiap pelatih memiliki persepsi yang berbeda tentang kewajiban ini, dan klub harus memahami dan menghormati perasaan mereka.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini