Nasib Erik ten Hag sebagai manajer Manchester United (MU) tengah berada di ujung tanduk menyusul performa buruk tim di awal musim Liga Inggris. Kekalahan mencolok 3-0 dari Tottenham Hotspur di kandang sendiri semakin memperburuk posisi Ten Hag, yang baru menjabat sebagai manajer Setan Merah musim ini.
Kekalahan tersebut merupakan yang ketiga dalam enam pertandingan liga, membuat MU terpuruk di peringkat 12 klasemen. Hal ini menyamai start terburuk klub dalam satu dekade terakhir, pada musim 2013/14 dan 2020/21.
Tekanan pada Ten Hag semakin meningkat, dengan sejumlah nama potensial penggantinya telah beredar. Ruud van Nistelrooy, Gareth Southgate, dan Thomas Tuchel semuanya disebut-sebut sebagai kandidat jika Ten Hag dipecat.
Meski demikian, Ten Hag bersikeras tidak memikirkan masa depannya. Ia mengklaim bahwa semua pihak di klub, termasuk pemilik, manajemen, dan pemain, berada di tujuan yang sama untuk membangun kembali MU.
"Kami semua membuat keputusan ini untuk tetap bersama. Kami tahu itu akan membutuhkan waktu," kata Ten Hag kepada Sky Sports.
Namun, pernyataan Ten Hag menghadapi keraguan dari para penggemar dan pakar. Beberapa pihak berpendapat bahwa Ten Hag telah melakukan kesalahan dalam transfer pemain dan taktik. MU telah menghabiskan banyak uang di bursa transfer musim panas ini, tetapi masih kesulitan untuk mencapai performa yang konsisten.
Rumor pemecatan Ten Hag semakin menguat seiring bertambahnya desakan dari para penggemar dan media. Jika MU terus tampil buruk, kemungkinan besar Ten Hag akan dipecat sebelum musim berakhir.
Nasib Ten Hag akan bergantung pada performa MU di pertandingan mendatang. Jika Setan Merah tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan, maka sangat mungkin mereka akan mencari manajer baru. Namun, jika Ten Hag dapat membalikkan keadaan dan membawa MU meraih kemenangan, ia mungkin akan mendapat lebih banyak waktu untuk membuktikan diri sebagai sosok yang tepat untuk memimpin klub ini menuju masa kejayaan.
