San Siro, stadion ikonik yang menjadi rumah bagi AC Milan dan Inter Milan, kembali menjadi bahan perbincangan. Rencana klub-klub raksasa Serie A itu untuk meruntuhkan stadion bersejarah tersebut dan membangun arena baru telah menuai pro dan kontra.

Di satu sisi, para penggemar dan pejabat kota Milano menilai San Siro sebagai warisan budaya yang tak ternilai. Didirikan pada tahun 1925, stadion ini telah menyaksikan momen-momen bersejarah sepakbola Italia dan Eropa. Meruntuhkannya dianggap sebagai tindakan pengabaian terhadap nilai historis dan sentimental kota.

Namun, AC Milan dan Inter Milan bersikukuh bahwa San Siro sudah ketinggalan zaman dan tidak lagi memenuhi standar stadion modern. Mereka berpendapat bahwa membangun stadion baru akan memberikan fasilitas yang lebih baik bagi penggemar dan akan membantu klub tetap kompetitif di tingkat Eropa.

Biaya renovasi yang tinggi menjadi salah satu faktor yang mempersulit kompromi. AC Milan dan Inter Milan memperkirakan biaya renovasi akan lebih mahal daripada membangun stadion baru dari awal. Hal ini memicu penolakan dari pihak pemerintah kota yang tidak ingin menanggung beban keuangan tersebut.

Sebagai solusi alternatif, kedua klub telah mengajukan usulan untuk membangun stadion baru di lokasi lain, seperti San Donato untuk Milan dan Rozzano untuk Inter. Opsi ini mendapat dukungan dari sebagian pihak yang menilai bahwa hal ini dapat mengurangi dampak negatif dari penghancuran San Siro.

Namun, tekanan dari UEFA menjelang perhelatan EURO 2032 telah memperkeruh situasi. Italia hanya memiliki satu stadion yang memenuhi persyaratan UEFA dari 10 kandidat yang diajukan. Hal ini memaksa pemerintah dan klub-klub sepak bola untuk mempercepat proses pembangunan stadion baru.

Presiden AC Milan, Paolo Scaroni, menegaskan bahwa klubnya tetap berpegang teguh pada rencana untuk meruntuhkan San Siro. Scaroni membandingkan stadion ikonik itu dengan Stadion Wembley di London yang pernah diruntuhkan dan dibangun kembali.

"San Siro sudah tua dan usang. Saya ingin merubuhkannya dan membangun yang baru di sebelahnya," tegas Scaroni. "Mereka menyebut saya gila, tapi saya tidak peduli. Itu bukan tangga sepak bola, hanya artefak lama."

Debat mengenai masa depan San Siro kemungkinan akan terus berlanjut. Keputusan yang diambil akan sangat berdampak pada lanskap sepakbola Italia dan warisan budaya kota Milano. Namun, apapun keputusannya, jelas bahwa kebutuhan untuk menyeimbangkan sejarah dan modernitas akan menjadi pertimbangan utama dalam menentukan nasib stadion ikonik ini.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini