Napoli mengalami krisis pelatih yang parah setelah meraih gelar juara Serie A musim lalu. Klub asal Naples itu telah mengganti tiga pelatih dalam waktu kurang dari setahun, dan belum menemukan sosok yang tepat untuk mengisi kursi panas tersebut. Apa yang menjadi penyebab krisis ini, dan siapa yang berani mengambil tantangan untuk melatih Napoli?

Spalletti Mundur Setelah Juara

Musim lalu, Napoli berhasil menjuarai Serie A untuk pertama kalinya sejak tahun 1990, berkat kepelatihan Luciano Spalletti yang mampu memaksimalkan potensi para pemainnya. Napoli tampil dominan sepanjang musim, dan mengalahkan rival-rival berat seperti Juventus, Inter Milan, dan AC Milan. Spalletti juga berhasil membawa Napoli menembus babak 16 besar Liga Champions, sebelum tersingkir oleh Bayern Munchen.

Namun, keberhasilan tersebut ternyata tidak membuat Spalletti betah di Napoli. Pelatih berusia 63 tahun itu mengundurkan diri dari jabatannya hanya beberapa hari setelah merayakan gelar juara. Alasannya, ia tidak nyaman dengan campur tangan presiden Napoli, Aurelio De Laurentiis, yang sering mengintervensi urusan teknis tim. Spalletti merasa tidak dihargai dan tidak diberi kebebasan untuk mengambil keputusan.

Tak hanya Spalletti, direktur olahraga Napoli, Cristiano Giuntoli, juga memutuskan untuk hengkang dari klub. Giuntoli yang bertanggung jawab atas kebijakan transfer Napoli, merasa tidak sejalan dengan visi De Laurentiis, yang cenderung pelit dan tidak mau mengeluarkan uang banyak untuk membeli pemain-pemain berkualitas. Giuntoli kemudian bergabung dengan AC Milan, yang menawarkan gaji dan fasilitas yang lebih baik.

Garcia dan Mazzarri Gagal Bersinar

Setelah kepergian Spalletti dan Giuntoli, De Laurentiis bergerak cepat untuk mencari pengganti mereka. Untuk posisi pelatih, ia menunjuk Rudi Garcia, yang sebelumnya melatih Lyon di Ligue 1. Garcia dikenal sebagai pelatih yang berpengalaman dan memiliki filosofi permainan yang menarik. Ia juga pernah melatih Roma dan Marseille, dan membawa mereka meraih prestasi di level domestik maupun Eropa.

Namun, Garcia ternyata tidak mampu mengulangi kesuksesan Spalletti di Napoli. Ia gagal membentuk tim yang solid dan kompak, dan sering kali berkonflik dengan para pemainnya. Salah satu yang paling menonjol adalah perseteruannya dengan striker andalan Napoli, Victor Osimhen, yang ia anggap tidak disiplin dan tidak profesional. Garcia juga tidak bisa menyesuaikan diri dengan budaya dan atmosfer sepak bola Italia, yang berbeda dengan Prancis.

Performa Napoli di bawah Garcia pun menurun drastis. Napoli tersingkir dari Liga Champions di babak penyisihan grup, setelah kalah dari Manchester City, RB Leipzig, dan Club Brugge. Di Serie A, Napoli terpuruk di posisi keenam, dan tertinggal 15 poin dari pemuncak klasemen, Juventus. De Laurentiis akhirnya tidak tahan lagi, dan memecat Garcia pada bulan Desember 2023.

Untuk menggantikan Garcia, De Laurentiis memilih Walter Mazzarri, yang pernah melatih Napoli dari tahun 2009 hingga 2013. Mazzarri diharapkan bisa membawa Napoli kembali ke jalur kemenangan, dengan mengandalkan pengalamannya dan kenangannya bersama klub. Mazzarri juga dikenal sebagai pelatih yang tegas dan disiplin, yang bisa menertibkan para pemain yang bermasalah.

Namun, harapan tersebut tidak terwujud. Mazzarri ternyata tidak bisa mengembalikan kejayaan Napoli di masa lalunya. Ia kesulitan untuk menemukan strategi dan formasi yang cocok untuk timnya, dan sering kali melakukan rotasi pemain yang tidak konsisten. Mazzarri juga tidak bisa beradaptasi dengan perkembangan sepak bola modern, yang lebih mengutamakan kecepatan dan kreativitas. Mazzarri juga tidak mendapat dukungan penuh dari para pemain, yang merasa tidak nyaman dengan metode latihannya yang keras dan monoton.

Napoli semakin terpuruk di bawah Mazzarri. Napoli tersingkir dari Coppa Italia di babak perempat final, setelah kalah dari Atalanta dengan skor 4-1. Di Serie A, Napoli terjebak di posisi kesembilan, dan terancam tidak lolos ke kompetisi Eropa musim depan. De Laurentiis pun kembali mengambil keputusan drastis, dan memecat Mazzarri pada bulan Februari 2024.

Calzona Sebagai Solusi Sementara

Setelah memecat Mazzarri, De Laurentiis tidak mau terburu-buru untuk mencari pelatih baru. Ia memilih untuk menunjuk Francesco Calzona, yang sebelumnya menjadi asisten pelatih Napoli, sebagai pelatih sementara hingga akhir musim. Calzona diberi tugas untuk menstabilkan tim, dan mencoba untuk meraih hasil sebaik mungkin di sisa pertandingan yang tersisa.

Calzona adalah sosok yang tidak banyak dikenal di dunia sepak bola. Ia baru berusia 38 tahun, dan belum pernah melatih tim senior sebelumnya. Ia hanya memiliki pengalaman sebagai asisten pelatih di beberapa klub, seperti Parma, Genoa, dan Napoli. Calzona juga tidak memiliki lisensi UEFA Pro, yang merupakan syarat untuk melatih tim di Serie A. Ia hanya memiliki lisensi UEFA A, yang hanya memungkinkannya untuk melatih tim di Serie B atau di bawahnya.

Calzona sendiri menyadari bahwa ia hanya menjadi solusi sementara, dan tidak memiliki harapan untuk menjadi pelatih permanen Napoli. Ia mengaku tidak memiliki ambisi atau target tertentu, selain mencoba untuk memperbaiki suasana dan mentalitas tim. Ia juga mengatakan bahwa ia tidak akan melakukan perubahan besar-besaran, dan hanya akan mengikuti filosofi dan sistem yang sudah ada.

Siapa Pelatih Napoli Musim Depan?

Sementara Calzona berusaha untuk menyelesaikan musim ini dengan baik, spekulasi tentang siapa yang akan menjadi pelatih Napoli musim depan sudah mulai bermunculan. Beberapa nama besar dikabarkan menjadi kandidat, seperti Antonio Conte, Maurizio Sarri, dan Thiago Motta. Namun, apakah mereka berminat untuk melatih Napoli, mengingat situasi dan kondisi klub yang tidak stabil dan rumit?

Antonio Conte adalah salah satu pelatih terbaik di dunia saat ini. Ia telah membuktikan kemampuannya di klub-klub top seperti Juventus, Chelsea, dan Inter Milan, dan membawa mereka meraih gelar-gelar bergengsi. Conte juga dikenal sebagai pelatih yang memiliki karakter kuat dan karisma, yang bisa memotivasi dan memimpin timnya dengan baik. Conte saat ini tanpa klub, setelah mengundurkan diri dari Inter Milan pada akhir musim lalu.

Namun, Conte juga memiliki tuntutan dan standar yang tinggi, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk klub yang ia latih. Ia selalu menginginkan dukungan penuh dari manajemen klub, terutama dalam hal transfer pemain. Ia juga tidak segan-segan untuk berkonflik dengan pihak-pihak yang ia anggap mengganggu kinerja dan kesejahteraan timnya. Hal ini bisa menjadi masalah jika ia melatih Napoli, yang memiliki presiden yang suka ikut campur dan pelit.

Maurizio Sarri adalah pelatih yang memiliki hubungan spesial dengan Napoli. Ia pernah melatih Napoli dari tahun 2015

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini