Graham Potter, mantan pelatih Chelsea, mengakui bahwa dirinya salah perhitungan tentang budaya klub tersebut. Ia mengira akan diberi lebih banyak waktu untuk membangun tim, namun ternyata kenyataannya berbeda.

Potter, yang menggantikan Thomas Tuchel pada September 2022, hanya mampu membawa Chelsea meraih 12 kemenangan dalam 31 pertandingan di seluruh kompetisi. The Blues pun merosot ke papan tengah klasemen Liga Inggris sebelum Potter dipecat pada bulan Maret.

Dalam wawancara dengan Daily Mail, Potter mengungkapkan bahwa ia awalnya mengira kepemilikan baru Chelsea akan berarti adanya perubahan budaya. Namun, ia menyadari bahwa budaya klub sudah "jauh lebih dalam dari itu."

"Kesalahan yang saya buat adalah berpikir bahwa kepemilikan baru berarti ada peluang perubahan budaya," kata Potter. "Tetapi kenyataannya budayanya sudah jauh lebih dalam dari itu."

Potter juga mengakui tekanan yang dihadapinya di Chelsea. Ia dikritik habis-habisan oleh para penggemar dan media karena performa tim yang buruk.

"Sebelum Piala Dunia, kami hanya kalah dalam tiga pertandingan, melawan Arsenal, Newcastle, dan Brighton, tetapi dunia sepertinya sudah mulai tertutup, sudah mendekati krisis," kata Potter.

"Perspektif terkadang tidak mudah didapat, Chelsea terbiasa menang dan mudah untuk berpikir ‘kami tidak menang, mungkin pelatihnya yang tidak bekerja di level itu, mungkin dia masalahnya’. Saya dapat mengerti mengapa mereka berpikir seperti itu, karena hasilnya tidak seperti yang mereka harapkan."

Setelah dipecat dari Chelsea, Potter mengambil jeda dari sepak bola. Namun, kini ia kembali dikaitkan dengan beberapa klub besar, termasuk Manchester United dan Timnas Inggris.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini